Posted by : Unknown Senin, 10 Juni 2013

Disusun Oleh:
Muharom Syahrul Akbar dan Armanda Saputra
(MAhasiswa Perbandingan Agama UIN jakarta 2010)

BAB I 
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Iran dahulu dikenal dengan nama Persia. Penduduknya terdiri atas dua kelompok, Bangsa Media dan Bangsa Persia, yang berpindah ke Persia dari Asia Tengah lebih dari 2800 tahun lalu. Di sinilah terbentuk sebuah kerajaan besar, yaitu kerajaan Persia, yang mempunyai wilyah kekuasaan yang besar dan penduduk yang banyak serta mempunyai peradaban yang sangat maju. Di daerah kekuasaannya itu muncul suatu agama baru yang tumbuh dalam suatu kultus yang sangat sederhana sekali pada masa itu, yaitu Agama Zoroaster. 

Agama ini muncul dari seorang yang bernama Zarathustra. Agama ini mengajarkan banyak hal tentang kehidupan di dunia. Agama ini menyembah api sebagai suatu simbol kesucian dalam peribadatannya. Ketika Persia menguasai daerah-daerah yang luas, awalnya mengusir bangsa Yahudi dari palestina, tapi semenjak Koresy memerintah, bangsa Yahudi boleh kembali ke daerah daratan tempat mereka tinggal sebelumnya. Hingga pada abad ke-7 Islam datang ke Persia. Terjadi peradaban yang sangat besar sekali pada masa itu dan masa puncak kejayaan pada masa Dinasti Safawi abad ke-16. Islam Syiah sangat berpengaruh dalam kekuasaan ini. Dalam peradabannya yang sangat maju, pemakalah ingin memaparkan semua tentang ruang lingkup Agama Persia sesuai dengan tujuan pada makalah ini yang akan dibahas. 

1.2 Tujuan
• Bertujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai pengertian dasar memaparkan dan menjelaskan tentang apa itu Agama Persia Kuno, sejarah dan peradabannya, siapa yang membawanya, dan apa saja semua ritual penyembahannya, sampai eskatologi dalam agama tersebut, agama apa saja yang berhubungan dengan Persia, sampai kedatangan Islam, hingga Iran di masa kini. 
• Sebagai acuan pembaca agar dapat mengetahui lebih banyak mengenai hal tentang Agama Persia Kuno, Sejarah dan Peradaban di daerah Persia (Iran) hingga kini. 
• Sebagai pemenuhan tugas makalah yang dibutuhkan sebagai syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Agama-Agama Minor. 

1.3 Metode
Metode yang di gunakan penulis dalam mengumpulkan data penulisan makalah ini adalah metode studi pustaka dari buku referensi buku yang terkait dan data dari internet sebagai tambahannya. 

1.4 Sistematika Penulisan

Penulisan makalah ini terdiri dari tiga bab. Bab yang pertama yaitu pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, metode, dan sistematika penulisan. Sedangkan bab kedua yaitu pembahasan yang terdiri dari sejarah Persia Kuno, peradaban Persia Kuno, agama Persia Kuno, praktek keagamaannya, konsep manusianya, dan eskatologinya. Bab yang terakhir yaitu bab penutup yang berisi kesimpulan dari isi makalah ini. 

BAB II 
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Persia Awal

Iran atau Pesia adalah sebuah negara Timur Tengah yang terletak di Asia Barat Daya. Meski di dalam negeri negara ini telah dikenal sebagai Iran sejak zaman kuno, hingga tahun 1935 Iran masih dipanggil Persia di dunia Barat. Iran dan Persia adalah dua nama yang kerap digunakan untuk menunjukkan satu wilayah. Sebenarnya, antara keduanya terdapat sedikit perbedaan. Salah satu rumpun bangsa Arya, yaitu bangsa Media, mendiami wilayah Iran bagian barat. Sementara rumpun bangsa lainnya, yaitu bangsa Persia, mendiami bagian selatan wilayah tersebut. Ras Arya merupakan salah satu ras Indo-European. Migrasi bangsa Arya ke berbagai belahan bumi seperti ke Asia kecil dan India dimulai pada 2.500 Sebelum Masehi (SM).

Peradaban di dataran tinggi Iran dimulai 600 tahun SM di mana saat itu terdapat 2 kerajaan yakni Parsa di sebelah Selatan dan Medes di Timur Laut Iran. Baik bangsa Media maupun Persia, keduanya tunduk pada kekuasaan bangsa Assyria. Namun, sejak 1000 SM, bangsa Persia berhasil menaklukkan bangsa Media bahkan menaklukkan imperium Assyria. Sejak saat itu, wilayah Iran dikenal dengan nama Persia. Iran berbatasan dengan Azerbaijan (500 km) dan Armenia (35 km) di barat laut dan Laut Kaspia di utara, Turkmenistan (1000 km) di timur laut,Pakistan (909 km) dan Afganistan (936 km) di timur, Turki (500 km) dan Irak (1.458 km) di barat, dan perairan Teluk Persia dan Teluk Oman di selatan.

1. Masa Kekaisaran Akhemeniyah (Persia Awal) dan Kekaisaran Media 

Pada milenium kedua dan ketiga, Bangsa Arya hijrah ke Iran dan mendirikan kekaisaran pertama Iran, Kekaisaran Media (728-550 SM). Kekaisaran ini telah menjadi simbol pendiri bangsa dan juga kekaisaran Iran, yang disusul dengan Kekaisaran Achaemenid (648–330 SM) yang didirikan oleh Cyrus Agung. Cyrus Agung juga terkenal sebagai pemerintah pertama yang mewujudkan undang-undang mengenai hak-hak kemanusiaan, tertulis di atas artefak yang dikenal sebagai Silinder Cyrus. Ia juga merupakan pemerintah pertama yang memakai gelar Agung dan juga Shah Iran.

Di zamannya, perbudakan dilarang di kawasan-kawasan taklukannya (juga dikenal sebagai Kekaisaran Persia.) Gagasan ini kemudian memberi dampak yang besar pada peradaban-peradaban manusia setelah zamannya. Kekaisaran Persia kemudian diperintah oleh Cambyses selama tujuh tahun (531-522 M). Pada saat masa kekuasaannya, Cambyses menaklukkan Mesir dan beberapa wilayah lainnya. Bangsa Persia mendapat dukungan dari warga taklukan berkat pemerintahan yang adil. Darius I memperluas wilayah hingga ke India dan Yunani. Ia mengatur ulang kerajaan dan menunjuk para satrap (gubernur) di setiap provinsi. Ia memungut pajak dari setiap provinsi berupa padi-padian, perak dan hasil pertanian. Selanjutnya kemangkatannya disusul dengan perebutan kuasa di mana akhirnya Darius Agung (522-486 M) dinyatakan sebagai raja. Ibu kota Persia pada zaman Darius I dipindahkan ke Susa dan ia mulai membangun Persepolis. Sebuah terusan di antara Sungai Nil dan Laut Merah turut dibangun dan menjadikannya pelopor untuk pembangunan Terusan Suez. Sistem jalan juga turut diperbaharui dan sebuah jalan raya dibangun menghubungkan Susa dan Sardis. Jalan raya ini dikenal sebagai Jalan Kerajaan.

Selain itu, pen-syiling-an dalam bentuk daric (syiling emas) dan juga Shekel (syiling perak) diperkenalkan ke seluruh dunia. Bahasa Persia Kuno turut diperkenalkan dan diterbitkan di dalam prasasti-prasasti kerajaan. Di bawah pemerintahan Cyrus Agung dan Darius yang Agung, Kekaisaran Persia menjadi sebuah kekaisaran yang terbesar dan terkuat di dunia zaman itu. Pencapaian utamanya ialah sebuah kekaisaran besar pertama yang mengamalkan sikap toleransi dan menghormati budaya-budaya dan agama-agama lain di kawasan jajahannya. Pada tahun 334 SM, Alexander Agung, Kaisar Macedonia, Yunani, merentangkan kekuasaannya hingga mampu menaklukkan dan menguasai Imperium Persia. Alexander bahkan memerintahkan pasukannya untuk membunuh ribuan tentara Persia, dan membakar ibu kotanya: Parsepolis. Tindakan ini sengaja dia lakukan sebagai balasan atas pembakaran kota Athena yang dulu dilakukan pasukan Persia. Alexander sendiri mengikrarkan bahwa dia adalah pewaris tahta raja-raja Arkhemeniyah. Alexander pun mengikuti cara hidup, tradisi, dan budaya Persia, bahkan berusaha menciptakan kebudayaan baru yang memadukan kebudayaan Persia dan Yunani (helenistik).

Selain menaklukkan Persia dan menyemaikan Helenistik, Alexander juga menyungguhkan model pemerintahan baru ala Persia kepada Barat-Yunani, khususnya yang berkaitan dengan tata negara dan undang-undang, yang pada gilirannya menjadi asas model tata Imperium Romawi di kemudian hari. Setelah sesaat kematian Alexander pada tahun 323 SM, terjadilah perpecahan diantara para panglima militernya. Mereka pun mulai membagi wilayah kekuasaan yang telah ditaklukkan Alexander. Wilayah Persia sendiri pada akhirnya menjadi milik panglima Seleukus, salah seorang Jenderal Alexander. Sejak masa tersebut, Persia memasuki era pemerintahan Kekaisaran Seleukus yang berlangsung hingga tahun 141 SM. Dibawah kekaisaran Seleukus, Persia mengalami babak sejarah yang cemerlang. Kekaisaran ini berhasil menggabungkan Asia Kecil, Syam, Irak, dan Iran menjadi satu kesatuan wilayah. Ibukota baru pun didirikan sebagai pusat pemerintahannya, yaitu Seleukia di tigris, Irak. Dinasti ini juga mempunyai ibu kota kedua di wilayah bagian barat, yaitu Antakya yang terletak di lembah Sungai al-Ashi.

2. Masa Kekaisaran Parthia 

Kekaisaran Pathia (247-224) bermula dengan Dinasti Arsacia yang menyatukan dan memerintah dataran tinggi Iran, yang juga turut menaklukkan wilayah timur Yunani pada awal abad ketiga Masehi dan juga Mesopotamia antara tahun 150 SM dan 224 M. Nama Arsacia dinisbahkan kepada raja pertamanya, yaitu Arsacia I.

Dinasti ini berasal dari klan Saka yang mendiami wilayah timur laut Iran. Dinasti ini telah berhasil menaklukkan kekaisaran Seleukus demi merentangkan pengaruh dan kekuasannya hingga ke seluruh wilyah Persia. Nama Arsacia kemudian dipakai sebagai gelar untuk seluruh kekaisaran Parthia, seperti gelar pada raja-raja Romawi. Kekaisaran Parthia (Arsacia) banyak terlibat serangkaian perang dengan pihak Imperium Romawi. Mereka bahkan pernah meraih kemenangan gemilang atas Romawi pada tahun 54 SM. Kemenangan ini menjadi Imperium Persia (masa kekaisaran Parthia) menjadi satu-satunya kekuatan terbesar dunia saat itu. Sekalipun rentang masa pemerintahan kekaisaran ini mencapai lima abad lebih, namun tidak meninggalkan banyak jejak peradaban bagaimana Kekaisaran Persia lainnya.

Kekaisaran Parthia hanya meninggalkan jejak seni yang sederhana. Tentara-tentara Parthia terhagi atas dua kelompok berkuda, tentara berkuda yang berperisai dan membawa senjata berat, dan tentara berkuda yang bersenjata ringan dan kudanya lincah bergerak. Sementara itu, tentara Romawi terlalu bergantung kepada infantri, menyebabkan Romawi sukar untuk mengalahkan Parthia. Tetapi, Parthia kekurangan teknik dalam perang tawan, menyebabkan mereka sukar mengawal kawasan taklukan. Ini menyebabkan kedua belah pihak gagal mengalahkan satu sama lain. Kekaisaran Parthia tegak selama lima abad (Berakhir pada tahun 224 M,) dan raja terakhirnya kalah di tangan kekaisaran lindungannya, yaitu Sassania.

3. Masa Kekaisaran Sasanid 

Kekaisaran Sasanid: didirikan oleh Ardhashir I yang berkuasa pada tahun 224 M. Dinasti ini dipercayai sebagai pembangun dan penghidup kembali peradaban Persia dan Zoroaster, sekaligus berupaya membangun kembali tradisi Persia peninggalan Dinasti Arkhemeniyah. Dinasti ini justru membuka kontak dagang denga pihak musuh utama mereka, yaitu Romawi (Byzantium), juga dengan pihak Cina.

Penggalian arkeologis di Cina menemukan adanya koin-koin (mata uang) perak dan emas Sasanid yang digunakan selama beberapa abad lamanya. Ardhashir memiliki posisi yang tinggi dalam sejarah orang-orang Iran. Dia dipandang sejarah orang-orang Iran. Dia dipandang sebagai sosok yang berhasil menyatukan bangsa Iran, orang yang menghidupkan kembali ajaran Zoroaster, sekaligus sebagai pendiri Imperium Pahlavi. Ardhashir wafat pada tahun 240 M dan digantikan oleh putranya, Shapur yang kembali memerangi Imperium byzantium, dan berhasil menaklukkan kaisar Romawi, Valerian pada tahun 260 M.

Beberapa waktu kemudian, Shapur mendirikan akademi Gundishapur di Gundeshapur. Dia pun kembali membangun tata kerajaan dan Imperium Persia, seperti membangun banyak kota-kota utama, salah satunya adalah Nishapur. Pada periode berikutnya, muncul Raja Anusherwan (531-579 M) yang dikenal sangat adil dan bijak dalam memerintah. Pada awal pemerintahannya, dia telah mampu menghilangkan fitnah pengikut Mazdak dan memulihkan stabilitas situasi di Iran. Kemudian, tahta Kekaisaran Sasanid bergantian pada masa 629-632 M. Pada tahun 642 M, pasukan muslim berhasil mengalahkan bangsa Persia pada dua pertempuran: Perang Qadisiyah dan Perang Nahawan pada masa Khalifah Umar bin Khatab. Setelah itu, kaum muslim tersebar di negara Persia hingga pemerintahan Dinasti Sasanid berakhir.

Kepemimpinan Umar bin Khattab tak seorang pun yang dapat meragukannya. Seorang tokoh besar setelah Rasulullah SAW dan Abu Bakar As Siddiq. Pada masa kepemimpinannya kekuasaan islam bertambah luas. Beliau berhasil menaklukkan Persia, Mesir, Syam, Irak, Burqah, Tripoli bagian barat, Azerbaijan, Jurjan, Basrah, Kufah dan Kairo. Penyerangan Islam terhadap Irak yang saat itu berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Persia telah mulai bahkan sebelum Umar bin Khattab naik jadi khalifah. Kunci kemenangan Islam terletak pada pertempuran Qadisiya tahun 637, terjadi di masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Menjelang tahun 641, seseluruh Irak sudah berada di bawah pengawasan Islam. Dan bukan hanya itu, pasukan Islam bahkan menyerbu langsung Persia dan dalam pertempuran Nehavend (642), mereka secara menentukan mengalahkan sisa terakhir kekuatan Persia. Menjelang wafatnya Umar bin Khattab di tahun 644, sebagian besar daerah barat Iran sudah terkuasai sepenuhnya. Gerakan ini tidak berhenti tatkala Umar bin Khattab wafat. Di bagian timur mereka dengan cepat menaklukkan Persia dan bagian barat mereka mendesak terus dengan pasukan menyeberang Afrika Utara. Gambar 2 Imperium Persia pada Akhir Ekspansinya

2.2 Peradaban Persia 

Koresy memimpin pasukan penunggang kuda dan pemanah ulung. Mengambil keuntungan dari kelemahan para tetangga, ia menaklukkan sebuah kerajaan yang wilayahnya terentang dari Laut Mediterania hingga ke Afganistan. Anaknya Cambyses, menyerang Mesir. Bangsa Persia mendapat dukungan dari warga taklukan berkat pemerintahan yang adil. Darius I memperluas wilayah hingga ke India dan Yunani. Ia mengatur ulang kerajaan dan menunjuk para satrap (gubernur) di setiap provinsi. Ia memungut pajak dari setiap provinsi berupa padi-padian, perak dan hasil pertanian. Gambar 3 Peta Puncak Kerajaan Persia Dibawah Pimpinan Darius , Darius membangun banyak jalan dan kota dagang untuk menjangkau seluruh bagian dari kerajaan yang luas. Ia memajukan perdagangan dengan memperkenalkan mata uang standar. Bangsa Persia menguasai ujung barat Jalur Sutera dari Cina, dan seluruh lalu lintas perdagangan dari India ke Laut Mediterania. Kerajaan kosmopolitan yang makmur ini menjalin hubungan dengan sebagian besar peradaban kuno pada masa itu. Namun, kerajaan ini sangat bergantung pada kemampuan pemimpinnya. Akhirnya, bangsa Yunani meruntuhkan kerajaan Persia dan merebut wilayah kekuasaan Persia. Gambar 4 Materai Silinder Dengan Tulisan Kuno Cuneiform ,

2.3 Agama Persia Kuno 

Bangsa Iran sangat erat hubungannya dengan bangsa Indo-Arya, yang menyerbu anak benua Indo-Pakistan sekitar 1500 SM, dan telah menulis Weda. Mereka tinggal bersama-sama selama berabad-abad di Afghanistan, Bactria, dan Iran Utara. Pada awalnya, kepercayaan bangsa Persia kuno ini erat kaitannya dengan hijrahnya bangsa indo-Arya ke Persia, karena bangsa indo-Arya memegang kepercayaan terhadap banyak Dewa (Polytheisme). Bagi mereka, tiap-tiap dewa merupakan lambang kekuatan terhadap alam sehingga perlu disembah/ dipuja dan dihormati. Selain itu, pada saat di India kepercayaan Arya jga bercampur-baur dengan kepercayaan bangsa Dravida yaitu mempercayai pemujaan terhadap roh nenek moyang. Dewa-dewa bangsa indo-Arya yang di puja dan dihormati yaitu Armiti sebagai dewa Bumi, Mithra sebagai Dewa Matahari, Bayu sebagai Dewa Angin , Varuna sebagai Dewa Laut, Agni sebagai Dewa Api. Kemudian, sekitar tahun 660-583 SM muncullah agama Zoroaster yang didirikan oleh Zarathustra. Tetapi tahun tersebut tidak menjadi patokan pasti berdirinya agama tersebut di Persia, karena banyak literatur yg menyatakan tahun yang berbeda pula, namun kisaran yang sering di gunakan oleh para penulis berdasarkan dari bukti-bukti yang ada.

Keyakinan agama zoroaster meliputi aspek monoteisme dan paganisme sekaligus. Mulanya keyakinan Zoroaaster hanya mencakup monoteisme saja. Namun seiring perkembangannya, keyakinan agama ini jg meliputi Paganisme. Pof. Ali Abdul Wahid Wafi, seorang sejarawan muslim kontemporer, menyatakan bahwa Zarathustra menyerukan ajaran monoteisme untuk menyembah Tuhan yang satu, pencipta segala sesuatu dan segala alam, baik yang berupa esensi (ruh) maupun materi (maddah). Dia menyebut Tuhan yang satu itu dengan nama “Ahura Mazda”. Menurut penganut Zoroaster, Dzat Ahura Mazda adalah esensi murni yang suci dari segala bentuk materi, yang tak dapat dilihat oleh pandangan mata dan tidak dapat ditangkap kedzatannya oleh akal manusia.

Oleh karena itu Zoroasternisme pun membuat rumusan tentang hakikat ketuhanan Dzat Ahura Mazda dengan dua rumus penting. Rumus pertama bersifat transenden (Samawi) yang disimbolkan dengan matahari, dan rumus yang kedua bersifat imanen (Ardhi) yang disimbolkan dengan api. Keduanya adalah unsur yang memancarkan cahaya, menerangi semesta, suci, serta tidak dapat terkontaminasi oleh hal-halyang buruk dan segala bentuk kerusakan. Kepada cahayalah kehidupan semestaraya ini bergantung. Sifat inilah yang paling mendekati untuk digambarkan oleh akal manusia akan sifat pencipta. Anggapan sakral dan cara pengikut Zoroaster menyucikan api inilah yang pada akhirnya menjadikan agama tersebut bergeser dari monoteisme ke paganisme. Zoroaster pun berubah menjadi agama panteisme (hulul) dan paganisme.

Api sendiri pada akhirnya berubah dari sebatas isyarat menjadi Sang Pencipta itu sendiri, dani pun dirumuskan atasnya. Sejatinya, pada tradisi dan ajaran awal Zoroaster, tidak di kenal konsep dua Tuhan. Zoroaster hanya meyakini dua kekuatan besar dalam kehidupan yang senantiasa berlawanan atau berbenturan. Salah satunya terkumpul dalam kekuatan kebaikan, cahaya, kehidupan, kebenaran, dan kemuliaan sementara kekuatan lain terkumpul dalam kejahatan, kegelapan,kematian, dan angkara murka. Asy-Syahrastani berkata: “ sebenarnya, Zoroaster meyakini bahwa Tuhan itu satu, tunggal, tidak ada sekutu, lawan dan kawan, Pencipta cahay dan kegelapan. Namun para pengikut Zoroaster meninggalkan pandangan tersebut. Mereka meyakini bahwasannya alam raya ini tak lain merupakan jelmaan dari pergulatan abadi antara Ahura Mazda, Dewa Terang, dengan Ahriman, Dewa Kegelapan.kemenangan Ahuran Mazda dalam kehidupan adalah sesuatu yang pasti dan tak terbantahkan.” Meskipun ajaran Zarathustra mengajarkan monoteisme dengan Ahura Mazda sebagai satu-satunya dewa yang harus disembah namun keberadaan dewa-dewa lain pun tetap diakui. Dewa-dewa yang turut diakui keberadaanya ada lima yaitu :
1. Asha Vahista, dewa tata tertib dan kebenaran yang berkuasa atas api.
2. Vohu Manah, dewa yang digambarkan sebagai sapi jantan ini dikenal sebagai dewa hati nurani yang baik.
3. Keshatra Vairya, yaitu dewa yang berkuasa atas segala logam.
4. Spenta Armaity, yaitu dewa yang berkuasa atas bumi dan tanah.
5. Haurvatat dan Amertat, yaitu dewa-dewa yang berkuasa atas air dan tumbuh-tumbuhan.

2.4 Kitab Suci 

Kitab suci agama zoroaster dikenal dengan nama Avesta. Avesta berasal dari akar kata avistak, bermakna Bacaan. Ada tiga bagian di dalam kitab ini :
1. Gathas, Nyanyian” atau “ode” atau yang secara umum dan tepat dinisbahkan pada Zoroaster sendiri
2. Yashts atau himne korban yang ditujukan kepada berbagai macam dewa
3. Vendidat atau Videvdat, “aturan melawan syetan”, berupa sebuah risalah yang terutama menyangkut ketidakmurnian ibadah dan prinsip dualisme yang diperkenalkan oleh Zoroaster dan diuraikan sangat panjang dalam bidang kehidupan praktis.

2.5 Praktek Keagamaan 

Zoroaster menganjurkan pengikutnya untuk senantiasa menyalakan api suci di tungku-tungku api yang terdapat di setiap kuil peribadatan. Api tersebut harus selalu menyala dan memancarkan cahaya. Tungku api itu dijaga dan diurus oleh Magi , rohaniawan muda, juga oleh para pendeta kuil. Setiap hari, mereka selalu memasukkan kayu cendana ke dalam tungku api sebanyak lima kali, atau kayu lain yang mengeluarkan aroma wewangian khas, juga menaburkan serbuk-serbuk dan cairan wewangian sehingga udara di dalam kuil selalu terasa segar dan harum semerbak. Mereka juga merapalkan doa dan melaksanakan ritual keagamaan disekitar api tersebut.

Dalam tradisi Zoroastrianisme, ketika akan mendirikan sebuah kuil api baru, mereka diharuskan menyalakan api terlebih dahulu pada sembilan buah lilin atau obor. Nyala api di obor pertama kemudian disalurkan untuk nyala api obor kedua, dan seterusnya hingga pada obor yang ke sembilan. Pengikut Zoroaster meyakini, api yang menyala pada obor terakhir itulah yang telah sampai pada derajat kesucian api. Dan dari api kesembilan itu mereka menyalakan api pada tungku kuil baru tersebut.

2.6 Konsep Mengenai Etika Hidup

Dalam pandangannya mengenai etika hidup yang ideal, ada tiga hal utama yang ditekankan dalam Zoroastrianisme yaitu pikiran yang baik, perkataan yang baik dan perbuatan yang baik. Zoroastrianisme memberikan kebebasan bagi setiap penganutnya untuk memilih hidup yang baik atau jahat bagi dirinya sendiri. Menurut mereka dunia yang akan datang akan mengalami pembaruan. Pembaruan dunia ini tidak dapat dapat dikerjakan oleh satu orang saja tetapi membutuhkan keterlibatan banyak orang. Oleh karena itu, Zoroastrianisme sangat menekankan tanggung jawab moral dari masing-masing orang untuk melakukan kebaikan.

Dosa bagi penganut Zoroastrianisme adalah penolakan untuk bersekutu dengan aspek kebaikan dari Ahura Mazda. Mereka meyakini bahwa tidak ada yang ditakdirkan atau dikodratkan sebelumnya. Apa yang dilakukan, dikatakan dan dipikirkan selama hidup akan menentukan apa yang akan terjadi setelah meninggal. Mereka pun menolak konsep pertapaan karena mereka memahami bahwa dunia itu baik. Tidak ada ruang untuk penyangkalan diri dan bertapa karena menolak dunia berarti menolak ciptaan dan menolak ciptaan berarti menolak Sang Pencipta.

2.7 Konsep Kematian 

Agama Zoroaster meyakini bahwa tubuh manusia adalah tidak suci sehingga menurut mereka jasad manusia tidak boleh mengotori bumi dan api, atas dasar alasan tersebut jasad manusia tidak boleh di kubur atau di kremasi. Oleh sebab itu orang yang telah meninggal jenazahnya akan di bawa ke kuil Towers of Silence agar di makan oleh burung pemakan bangkai, burung Nasar. Setelah daging dimakan habis oleh burung Nasar dan tinggal tersisa tulang belulang, maka tulang-tulang tersebut akan di buang ke tengah bangunan.

2.8 Konsep Kehidupan Setelah Mati (Eskatologi) 

Para pengikut Zoroaster percaya bahwa ada suatu peperangan sorgawi yang berlangsung diantara dua kekuatan itu dan akhirnya (yakni pada akhir zaman) Ormadz-lah yang akan menang. Menurut mereka Zorostrianisme mengajar manusia untuk melayani dewa kebaikan dan mematuhi suatu hukum tertinggi mengenai tingkah laku yang mengungkapkan suatu moralitas yang lemah lembut. Para pengikut ini yakin bahwa kematian bukanlah akhir dari segala sesuatu, melainkan akan ada suatu kehidupan baru bagi orang-orang yang benar ketika Ormadz menang. Manusia diberikan kebebasan untuk memilih. Siapa yang memilih kebaikan dan kebenaran, maka dia akan menuai hasilnya di kehidupan akhirat yang abadi kelak. Adapun orang yang membela kejahatan dan kedustaan, dia pun akan mendapatkan siksa di neraka yang abadi.

3.1 Persia Terhadap Yahudi 

Orang Persia memerintah Palestina selama abad terakhir dari sejarah Perjanjian Lama. Alkitab membicarakan kurun waktu ini dalam kisah-kisah Ester, Daniel, Ezra, Nehemia, dan dalam dua ayat pada akhir kitab II Tawarikh. Bagi orang Yahudi ini merupakan periode pemugaran dan pembangunan kembali. Bagi orang Persia ini merupakan periode pengembangan kerajaan. Orang Yahudi telah dibuang ke Babilonia selama hampir 60 tahun ketika orang Persia menaklukkan negeri itu pada tahun 539 sM.

Dua tahun kemudian Koresy II, raja Persia, mengizinkan para buangan ini kembali ke tanah air mereka. Lalu ia maju terus untuk menaklukkan Mesir, suatu prestasi yang tercapai oleh putranya pada tahun 526 sM. Dengan gembira orang Yahudi menanggapi tawaran Koresy. Pada tahun dekrit itu diumumkan (538 sM), banyak orang Yahudi bersiap-siap untuk pulang. Kita harus ingat bahwa keputusan mereka untuk pulang bukanlah keputusan yang mudah. Orang-orang Yahudi yang telah mematuhi nasihat Yeremia (Yer. 29:5, dst.) telah menjadi mapan di Babel. Mereka sudah membeli rumah, menanam kebun, dan mendirikan usaha perdagangan dalam pembuangan. Lempeng-lempeng perdagangan Babel menyatakan nama orang-orang Yahudi, yang menunjukkan bahwa orang Yahudi mempunyai kedudukan yang baik di Babel pada zaman itu. "Kaum Zionis" zaman purba ini harus meninggalkan segala sesuatu yang telah mereka bangun dalam pembuangan untuk kembali ke tanah air yang miskin.

Orang-orang yang memulai perjalanan panjang yang berbahaya dari Babel ke Palestina membutuhkan kepercayaan kepada Allah, jiwa perintis, dan kehendak yang kuat untuk membangun kembali negeri mereka. Segera sesudah orang Yahudi tiba di Yerusalem, Sesbazar memberi instruksi kepada rakyatnya untuk mengikuti perintah Koresy untuk membangun kembali bait suci. Zerubabel dari keluarga Daud dan Yosua imam besar memimpin rakyat dalam mengucap syukur dan meletakkan dasar bait suci. Para imam dan orang Lewi memimpin mereka dalam puji-pujian. "Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya kepada Israel!" (Ezr. 3:11). Hanya orang-orang yang telah melihat kemegahan bait Salomo dapat membandingkannya dengan bangunan sederhana yang sedang dibangun di hadapan mata mereka. Mereka yang mengingatnya menangis, sedangkan orang-orang Yahudi yang lebih muda bersorak-sorai karena sukacita ketika menyaksikan permulaan yang baru ini. Mereka mengetahui bahwa hal ini menggenapi janji-janji Allah kepada para nabi yang didasarkan pada perjanjian-Nya dengan Abraham (Ezr. 3:12-13).

4.1 Islam di Persia 

Islam masuk ke Persia sudah sejak pada masa dinasti Bani Umayyah. Hal tersebut ditandai dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik di timur maupun barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arabia, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia Aghanistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Purkmenia, Uzbek dan Kirgis di Asia Tengah. Setelah itu, di Persia muncul sebuah kerajaan besar ketika masa puncak kejayaan Kerajaan Usmani, yaitu Kerajaan Safawi. Kerajaan ini berkembang dengan cepat.

Dalam perkembangannya, kerajaan Safawi sering bentrok dengan Turki Usmani. Kerajaan Safawi menyatakan Syi’ah sebagai mahzab negara. Karena itu, kerajaan ini dapat dianggap sebagai peletak pertama dasar terbentuknya negara Iran dewasa ini. Kerajaan Safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama Tarekat Safawiyah, didirikan pada waktu yang hampir bersamaan dengan berdirinya kerajaan Usmani. Nama Safawiyah, diambil dari nama pendirinya, Safi al-Din (1252-1334 M), dan nama Safawi itu terus dipertahankan sampai Tarekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan nama itu terus dilestarikan setelah gerakan ini berhasil mendirikan kerajaan. Safi al-Din mnendirikan tarekat Safawiyah setelah ia menggantikan guru dan sekaligus mertuanya yang wafat tahun 1301 M. Pengikut tarekat ini sangat teguh dan memegang ajaran agama. Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah bertujuan memerangi orang-orang ingkar, kemudian memerangi golongan yang mereka sebut “ahli-ahli bidah”. Tarekat yang dipimpin Safi al-Din ini semakin penting terutama setelah ia mengubah bentuk tarekat itu dari pengajian tasawuf murni yang bersifat lokal menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syria, dan Anatolia. Di negeri-negeri di luar Ardabil Safi al-Din menempatkan seorang wakil yang memimpin murid-muridnya. Wakil itu diberi gelar “khalifah”. Suatu ajaran agama yang dipegang secara fanatik biasanya kerap kali menimbulkan keinginan di kalangan penganut ajaran itu untuk berkuasa. Karena itu, lama-kelamaan murid-murid tarekat Safawiyah berubah menjadi tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan dan menentang setiap orang yang bermahzab selain Syi’ah. Kecendrungan memasuki dunia politik itu mendapat wujud kongkritnya pada masa kepemimpinan Juneid (1447-1460 M). Dinasti safawi memperluas geraknya dengan menambahkan kegiatan politik pada kegiatan keagamaan. Perluasan kegiatan ini menimbulkan konflik antara Juneid dengan penguasa Kara Konyulu (domba hitam), salah satu suku bangsa Turki yang berkuasa di wilayah itu. Dalam konflik tersebut Juneid kalah dan diasingkan ke suatu tempat. Di tempat baru ini ia mendapat perlindungan dari penguasa Diyar Bakr, Ak-Konyulu (domba putih), juga satu suku bangsa Turki. Ia tinggal di istana Uzun Hasan yang ketika itu menguasai sebagian besar Persia. Dinasti Safavid mencapai puncak kejayaan di bawah Shah Abbas Agung (1571-1629) yang memerintah sejak 1588. Sebagai pemimpin militer yang cakap, ia berdamai dengan orang Ottoman dan menghalau orang Turki Uzbek dari timur Iran. Ia memindahkan ibukota ke Isfahan dan menjadikannya salah satu kota terindah di dunia dengan sebuah istana dan masjid yang megah. Bazar (pasar) tertutup mengelilingi lapangan utama, sementara pohon dang sungai kecil mengapit lapangan pasar itu. Terdapat juga sebuah jalan utama dengan taman di kedua sisinya. Abbas menghidupkan kembali kebudayaan Persia, memnagun hubungan yang bersahabat dengan bangsa eropa, dang menyambut baik para pengunjung asing. Pemerintahan dinasti kuat ini berlangsung selama 200 tahun. Safavid Persia terus ditekan oleh orang Ottoman dari barat dan suku-suku Turki dari timur, hingga pemerintahan Abbas I berhasil membuat perdamaian dan menciptakan pembaharuan kebudayaan di Persia. Setelah kematiannya pada tahun 1628, sejumlah penguasa yang lemah menggantikan Abbas I. Akhirnya, dinasti Safavid disingkirkan oleh para penyerbu Afgan pada tahun 1722.

4.2 Sumbangan Islam di Persia 

1. Bidang Ekonomi Stabilitas politik Kerajaan Safawi pada masa Abbas I ternyata telah memacu perkembangan perekonomian Safawi, lebih-lebih setelah kepulauan Hurmuz dikuasai dan dan Pelabuhan Gumrun diubah menjadi Bandar Abbas. Dengan dikuasainya bandar ini maka salah satu jalur dagang laut antara Timur dan Barat yang biasa diperebutkan oleh Belanda, Inggris dan Perancis sepenuhnya menjadi milik kerajaan Safawi. Disamping faktor perdagangan, kerajaan Safawi juga mengalami kemajuan di sektor pertanian terutama di daerah Bulan Sabit Subur (Fortile Crescent)

2. Bidang Ilmu Pengetahuan
Ada beberapa ilmuan yang selalu hadir di majlis istana, yaitu Baha al-Din al-Syaerazi, generalis ilmu pengetahuan, Sadar al-Din al-Syaerazi, filosof, dan Muhammad Baqir Ibn Muhammad Damad, filosof, ahli sejarah, teolog dan seorang yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah-lebah.

3. Bidang Pembangunan Fisik dan Seni 

Para penguasa kerajaan ini telah berhasil menciptakan Isfahan, ibu kota kerajaan, menjadi kota yang sangat indah. Di kota tersebut berdiri bangunan-bangunan besar dan indah seperti masjid-masjid, rumah sakit, sekolah-sekolah, jembatan raksasa diatas Zende Rud dan istana Chihil Sutun. Kota Isfahan juga diperindah dengan taman-taman wisata yang ditata apik Di bidang seni, kemajuan nampak begitu kentara dalam gaya arsitektur bangunan-bangunannya, seperti terlihat pada masjid Shah yang dibangun pada tahun 1611 M dan masjid Shah yang dibangun pada tahun 1603 M. Unsur seni lainnya terlihat pula dalam bentuk kerajinan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian dan tenunan, mode, tembikar dan bidang seni lainnya. Seni lukis mulai dirintis sejak zaman Tahmasp I. Raja Ismail I pada tahun 1522 M membawa seorang pelukis timur ke Tabriz. Pelukis itu bernama Bizhad.

4.1 Iran Sekarang 

Wilayah Iran sekarang, yaitu:
• Sebelah Utara berbatasan dengan Turkmenistan dan Azerbaijan.
• Sebelah Timur berbatasan dengan Afghanistan dan Pakistan.
• Sebelah Barat berbatasan dengan Irak dan Turki.
• Sebelah Selatan berbatasan dengan perairan Teluk Persia dan Teluk Oman.
Selain itu Iran memiliki garis pantai dengan tiga laut besar: Teluk Oman, Teluk (Teluk Persia), dan Laut Kaspia. Kenampakan utama geografi negara ini adalah beberapa rangkaian pegunungan besar dan plato raksasa. Pegunungan Iran yang paling panjang, pegunungan Zagros, terlentang dari arah barat-laut menuju perbatasan dengan Armenia di selatan dan tenggara, melintasi kawasan teluk, dan berakhit di dekat Selat Hormuz yang menghubungkan teluk denga teluk Oman.

4.2 Ekonomi Minyak 

Ekonomi Iran sangat bergantung pada sumber daya alam. Sekitar 85 persen pendapatan ekspor berasal dari minyak dan gas. Iran memiliki sekitar delapan persen cadangan minyak dunia dan hampir seperlima cadangan gas alam dunia. Sebelumnya, dari tahun 1953 sampai pada tahun 1979, Iran adalah negara yang menganut sistem pemerintahan monarkhi. Pemimpin saat itu, Shah Mohammad Reza Pahlavi memperkenalkan modernisasi. Dibawah pemerintahannya, Iran mulai membangun industri pengolahan dan pengiriman minyak yang berpusat dari pelabuhan-pelabuhan besar di Teluk persia, yaitu Bandar-e’ Abbas dan Abadan. Berbagai industri seperti kimia, tekstil, mesin dan produksi semen juga dibangun. Gambar 11 Tempat Penyulingan Minyak Iran , Gambar 12 Pengarajin Karpet Iran ,

4.3 Revolusi dan Perang 

Rakyat Iran dikenal sangat kuat memegang praktek keagamaannya, Islam, dalam kehidupan sehari-hari. Pada 1979, sebuah revolusi menggulingkan Shah Mohammad Reza Pahlavi. Iran dideklarasikan sebagai Republik Islam. Hukum Islam diberlakukan dalam semua aspek kehidupan dan semua pengaruh barat dilarang. Serangan Irak pada 1980 yang memunculkan perang selama 8 tahun menyebabkian sekitar 100.000 pasukan Iran tewas. Hingga kini, negara ini kadang-kadang jatuh ke dalam konflik dengan negara tetangganya di Timur Tengah dan negara-negara Barat.

BAB III 
KESIMPULAN

Iran dan Persia adalah dua nama yang kerap digunakan untuk menunjukkan satu wilayah. Sebenarnya, antara keduanya terdapat sedikit perbedaan. Salah satu rumpun bangsa Arya, yaitu bangsa Media, mendiami wilayah Iran bagian barat. Sementara rumpun bangsa lainnya, yaitu banga Persia, mendiami bagian selatan wilayah tersebut. Di peradaban persia kuno berkembang sebuah agama yang menjadi agama resmi di wilayah tersebut yaitu Zoroaster. Agama ini merupakan sebuah agama yang mengajarkan pengikutnya untuk menyembah api. Kitab suci agama ini adalah Avesta yang mempunyai arti sendiri yaitu “bacaan”.

Wilayah Iran sekarang yang kaya akan minyak dan gas alam itu berbatasan dengan:
• Sebelah Utara berbatasan dengan Turkmenistan dan Azerbaijan.
• Sebelah Timur berbatasan dengan Afghanistan dan Pakistan.
• Sebelah Barat berbatasan dengan Irak dan Turki.
• Sebelah Selatan berbatasan dengan perairan Teluk Persia dan Teluk Oman.

DAFTAR PUSTAKA 

As-Sirjani, Prof. Dr. Raghib. Sumbangan peradaban Islam Pada Dunia. Jakarta: 2009. Mu’asasah Iqra. ISBN 978-979-592-555-2

eBook Tim Program BSB (Belajar Sambil Bermain). Sekilas Sejarah Dunia. Bali: 2011. Yayasan Gema Ripah.

Hinson, Dafid F. Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab diterjemahkan Pdt. M. Th. Mawene MTh.. Jakarta: 1991. PT BPK Gunung Mulia.

Kingfisher, Tim. Ensiklopedia Geografi Jilid 3. Jakarta: 2006. PT Lentera Abadi.

Kingfisher, Tim. Ensiklopedia Sejarah Dan Budaya Jilid 1. Jakarta: 2009. PT. Lentera Abadi.

Mukti Ali, H.A.. Agama-Agama Di Dunia. Yogyakarta: 1988. IAIN Sunan Kalijaga Press.

PDF. Ulfat Aziz Us-Samad. Agama Besar Dunia. Peshawar: 1975.

Sami bin Abdullah al-Maghlouth. Atlas Agama-Agama. Jakarta : 2010. Almahira.

Soi’yb, Joesoef. Agama-Agama Besar Di Dunia. Jakarta: 1996. PT. Al Husna Zikra.

Yatim, Drs. Badri, M.A.. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: 1997. PT Raja Grafindo Persada.

http://alkitab.sabda.org/resource.php?res=almanac&topic=207 diunduh pada 6 April 2013 Jam 2:23 AM

http://id.wikipedia.org/wiki/Iran diunduh pada tanggal 6 April 2013

http://pandri-16.blogspot.com/2012/02/sejarah-awal-berdiri-negara-iran.html diunduh pada tanggal 6 April 2013

http://rian.web.id/kepemimpinan_yang_teladan_umar_bin_khattab.html diunduh pada tanggal 7 April 2013

http://sejarahfitriyani.blogspot.com/2011/03/akulturasi-bangsa-arya-dengan-dravida.html diunduh pada tanggal 7 April 2013

http://www.artikata.com/arti-354998-transenden.html diunduh pada 24 Maret 2013 Jam 14:37 PM

http://zulfanafdhilla.blogspot.com/2012/12/agama-zoroastrianism-mazdayasna.html#ixzz2OMa6mXAn diunduh pada 23 Maret 2013 jam 6:58 PM

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Labels

Popular Post

Blogger templates

Blog Archive

- Copyright © Agama Minor -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -