Posted by : Unknown Minggu, 16 Juni 2013


Iran memang bukan pilihan yang populer sebagai tempat wisata, tetapi bukan berarti tidak menyimpan keagungan tradisinya. Terdapat banyak bahasa yang digunakan oleh 75 juta penduduk di sana. Persepolis adalah salah satu situs kota tua yang sudah dikenal sejak ribuan tahun lalu di Iran. Ketika Kerajaan Persia Kuno (Achaemenid) di puncak kejayaan, tempat itu menjadi kota yang hiruk-pikuk. Bahkan, saking besarnya kerajaan tersebut, mereka punya empat ibu kota, Persepolis termasuk diantaranya. Kota yang dinobatkan sebagai salah satu World Heritage Site oleh UNESCO pada 1979 ini didirikan oleh Raja Darius I pada tahun 518 Sebelum Masehi.

Dalam bahasa Persia kuno, kota ini disebut "Parsa", yang berarti "Kota Bangsa Persia". Persepolis sendiri berasal dari terjemahan bahasa Yunani dari nama kota ini, Perses polis atau "Kota Persia". Dalam bahasa Persia modern, tempat ini dikenal sebagai Takht-e Jamshid (Tahta Jamshid) dan Parseh. Kota ini dibangun dengan arsitektur yang megah dan rumit karena terinspirasi oleh model Mesopotamia. Kota kuno yang terletak di 70 kilometer timur laut Shiraz “dihiasi” perak dan emas. Pahatan-pahatan kualitas tinggi ada di tiap peninggalan. Persepolis dan Persia jatuh ditaklukkan Alexander Agung. Ia membakar kota ini hingga rata dengan tanah. Sekarang sisasisanya masih bisa dinikmati di Iran. Reruntuhan beberapa bangunan kolosal terdapat di teras. Semuanya terbuat dari marmer abu-abu gelap. Lima belas pilar diantaranya masih utuh. Tiga pilar telah didirikan kembali sejak 1970. Beberapa bangunan lain tidak terselesaikan.

Peninggalan Kekaisaran Persia yang masih terlihat jelas dari patung-patung, reruntuhan bangunan, serta karya seni dari emas dan perak membuat Persepolis menjadi tempat wisata yang pantang dilewatkan. Persepolis hanyalah salah satu tempat di Iran yang patut dikunjungi. Masih banyak tempat lain yang pantas untuk diamati mendalam. Tidak sebatas pada tempat, banyak makanan dan barang khas Iran yang sayang untuk dilewatkan. Ciptakan Simbol Keagungan Andre Godard, seorang arkeolog Perancis pada awal 1930-an menyatakan bahwa lokasi kota ini dicetuskan oleh Cyrus Agung, tapi pembangunannya dilaksanakan oleh Darius. Darius memerintahkan pembangunan Balai Apadana dan Balai Konsul (Tripylon atau Balai Tiga Gerbang) yang menjadi bangunan Perbendaharaan Kemaharajaan, serta beberapa bangunan di sekelilingnya.

Pembangunan ini dirampungkan pada masa pemerintahan putranya, Raja Xerxes Agung. Pembangunan lebih lanjut pada bangunan dan teras terus dilanjutkan hingga masa keruntuhan Kekaisaran Akhemeniyah. Sejumlah arkeolog dari Amerika Serikat pun tak ingin ketinggalan, menurut mereka pembangunan Persepolis bertujuan untuk menciptakan suatu simbol keagungan dari kejayaan kerajaan Persia kuno saat itu, serta sebagai tempat menggelar upacara dan perayaan khusus. Sebagai alasan historis, Persepolis dibangun di tanah air dinasti Akhaemenid, meskipun pada saat itu tidak terletak tepat di tengah jantung kemaharajaan. Bangunan di komplek ibukota ini dibagi menjadi tiga kawasan, yaitu kawasan militer, kawasan perbendaharaan dan kawasan raja. Sedangkan struktur utama, antara lain Tangga Agung, Gerbang Semua Bangsa atau Gerbang Xerxes, Istana Apadana Darius, Balai Seratus Tiang, Balai Tripylon Hall, dan Istana Tachara milik Darius, Istana Hadish milik Xerxes, Istana Artaxerxes III, Bendahara kerajaan, Istal kuda kerajaan, serta rumah Kereta Perang. Reruntuhan di sekitar kota ini dikenal sebagai Chehel minar atau 40 menara. Para arkeolog masih berdebat apakah reruntuhan ini dihancurkan oleh Alexander III atau Alexander Agung dari kerajaan Makedonia. Bukti Peradaban Tingkat Tinggi Salah satu reruntuhan utama adalah Gerbang Semua Bangsa.

Gerbang ini dimaksudkan untuk seluruh kerajaan taklukan kemaharajaan Persia saat itu. Terdiri atas balai agung berukuran panjang 25 meter, dengan empat tiang besar di pintu masuknya di dinding Barat. Terdapat dua pintu lain, satu menghadap ke selatan membuka ke arah lapangan pelataran Apadana, yang satunya lagi membuka ke arah jalan panjang ke timur. Lubang engsel ditemukan di sudut dalam setiap pintu menunjukkan bahwa pintu besar ini terdiri atas dua daun pintu, mungkin terbuat dari kayu, dan dilapisi lembaran logam berukir. Sepasang banteng Lamassu berkepala pria berjenggot, berdiri di sisi barat. Sepasang lainnya memiliki sayap berkepala khas Persia (Gopat-Shah) yang berdiri di gerbang timur, kesemuanya melambangkan kekuasaan Kerajaan Achaemenid. Nama Xerxes tertulis dalam tiga bahasa terukir di pintu masuk, menunjukkan bahwa dialah yang memerintahkan pembangunan gerbang ini. Di belakang Takht-e Jamshid terdapat tiga makam yang diukir dari batu karang di sisi bukit. Berjarak sekitar 13 kilometer mengarah ke timur laut, di sisi lain Pulwar, berdiri tembok batu, di mana empat makam serupa yang diukir cukup tinggi dari dasar tembok. Situs ini kini disebut Nakshi Rostam (Lukisan Rostam) yang dianggap sebagai gambaran pahlawan mistis Rostam.

Dapat ditafsirkan bahwa patung-patung yang menghuni tujuh makam ini adalah perwujudan para raja. Pembangunan tebing sangat menakjubkan, sungguh mengherankan di zaman yang begitu kuno peradabannya manusia sudah bisa membuat arsitektur bangunan seindah itu. Ukiran-ukiran di dinding ini dibuat dengan sedemikian detail dan sempurna.Di dalam pintu masuk akan ditemukan sebuah camber kecil di mana raja akan berada di sarkofagus, tapi sekarang sudah kosong. Tebing-tebing ini juga dikenal sebagai milik Kekaisaran Persia zaman penguasa mulai dari Xerxes, Darius dan Cyrus.

Di luar juga memiliki relief ukiran berbentuk orang dan kuda, dan prasasti tertua Iran yang pernah tercatat juga dapat ditemukan di sana. Ini merupakan daya tarik wisata dan cara yang baik untuk mengenal sejarah dan budaya Persia tua dan segala halnya yang terdapat di tempat ini dapat mengingatkan kita pada Kekaisaran Persia. n ger/R-2

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Labels

Popular Post

Blogger templates

Blog Archive

- Copyright © Agama Minor -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -