- Back to Home »
- Responding Paper »
- Responding Paper Zoroaster
Posted by : Unknown
Senin, 10 Juni 2013
Zarathustra atau Zoroaster adalah
pelopor berdirinya Zoroastrianisme di Iran (Persia). Ia hidup sekitar abad
ke-6 SM. Zarathustra berasal dari keturunan suku Media. Ia
adalah seorang imam yang dididik dalam tradisi Indo-Iran. Sebelumnya,
agama yang ada di Iran (Persia) bersumber pada macam-macam ajaran seperti
politeisme, paganisme, dan animisme. Zarathustra yang merasa tidak puas
dengan ajaran-ajaran yang berkembang di Iran pada waktu itu berusaha membawa
pembaruan. Oleh sebab itu, oleh para ahli ia kemudian dianggap sebagai
salah satu tokoh pembaru agama tradisional. Zarathustra dikenal sebagai
"nabi" yang mempunyai karunia untuk menyembuhkan dan sanggup
melakukan berbagai mujizat. Selama bertahun-tahun ia berusaha menemukan
penyingkapan-penyingkapan dari kebenaran spiritual.
Zarathustra
ingin memperbaiki sistem kepercayaan dan cara penyembahan kepada dewa-dewa yang
berkembang di Persia saat itu. Pada usia tiga puluh tahun, Zarathustra
menerima sebuah penglihatan. Menurut legenda, ia melihat cahaya besar yang
kemudian membawanya masuk dalam hadirat Ahura Mazda. Sejak
perjumpaannya dengan Ahura Mazda, Zarathustra menjadi semakin giat
menyebarkan ajaran bahwa segala sesuatu yang baik berasal dari Ahura
Mazda. Ajarannya yang sangat berbeda dengan kepercayaan yang ada pada
waktu itu menyebabkan Zarathustra mendapat tekanan.
Ia pun akhirnya
memutuskan untuk melarikan diri dan pergi ke Chorasma atau (Qarazm). Pada
tahun 618 SM Raja Chorasma yaitu Vitaspa dan menterinya Yasasp yang menikahi
Pauron Chista kemudian menjadi penganut Zoroastrianisme. Barulah
Zoroastrianisme mengalami perkembangan dan semakin bertambah banyak yang
menjadi pengikutnya. Zarathustra meninggal di usia 77 tahun. Ketika
Islam berkuasa di Persia tahun 636-637 Masehi, Zoroastrianisme sempat mengalami
kemunduran. Banyak penduduk Persia yang lebih tertarik kepada agama
Islam. Sekelompok pemeluk Zoroastrianisme kemudian pergi ke India dan
menetap di Bombay. Di sana mereka dikenal dengan sebutan orang-orang
Parsi.
Zoroastrianisme
atau Mazdayasna adalah sebuah agama dan ajaran filosofi yang didasari oleh
ajaran Zarathustra yang dalam bahasa Yunani
disebut Zoroaster. Zoroastrianisme dahulu kala adalah sebuah agama
yang berasal dari daerah Persia Kuno atau kini dikenal dengan Iran. Di
Iran, Zoroastrianisme dikenal dengan sebutan Mazdayasna yaitu
kepercayaan yang menyembah kepada Ahura Mazda atau "Tuhan
yang bijaksana". Di Arab, Zoroastrianisme dikenal dengan
sebutan Majusi. Kata “majusi” yang disebut dalam bahasa Arab yaitu orang-orang
Zoroaster diadaptasi dari kata “ma-gu-sy” atau “magu” Persia kuno yang kemudian
menjadi Magus setelah kata ini masuk dalam peristilahan bahasa Yunani. Kata
magic dalam bahasa Inggris juga diadopsi dari kata ini. Dengan masuknya kata
ini ke dalam bahasa Arab, kata ini kemudian menjadi Majusi.
Sebagian
pendapat mengatakan, Zoroastrianisme adalah mazhab dari agama majusi. Dan
mazhab majusi tersebut adalah zoroastrianisme, manu, madzdak, tsanwiyah,
disahniyah, dan zindiq. Dalam kalangan penganut Majusi terdapat berbagai aliran
dan golongan (Madzahab) seperti kalangan penganut berbagai agama-agama yang
lain. Diantara aliran-aliran yang terbesar adalah:
A. Aliran Zoroaster
A. Aliran Zoroaster
Ajaran
Zoroaster diantaranya:
a.
Kepercayaan
kepada Tuhan
Di dalam
kepercayaannya keapada Tuhan, Zoroaster berbeda dengan ajaran Majusi
terdahulu yang mempercayai dua tuhan, akan tetapi Zoroaster
mempercayai hanya satu Tuhan yaitu tuhan kebaikan (Ahuramazda) yang merupakan
tuhan mutlak. Sementara tuhan kegelapan atau tuhan kejahatan (Ahriman) menurut
ajaran Zoroaster itu bukanlah tuhan. Melaikan roh jahat yang selalu mengajak
manusia untuk berbuat jahat.
b. Kitab suci
b. Kitab suci
Zoroaster juga
memiliki kitab suci yang mereka namai dengan nama “Avesta”, sebuah
kitab suci yang disusun dengan bahwa Persia kuno, (bahasa Pahlawy) yang halus,
yang ada pada masa sekarang ini bahasa tersebut hamper tidak bisa dikenal.
Sebagian besar kitab tersebut hilang, sebagian yang lain telah diterjemahkan ke
bahasa Persia modern yang biasa dibaca oleh orang-orang Zoroaster ketika
beribadah.
c.
Kepercayaan
kepada Akhirat
Agama Zoroaster
juga mempercayai kehidupan akhirat. Menurut ajarannya bahwa manusia akan
melewati dua kehidupan kehidupan yang pertama adalah kehidupan dunia ini.
sementara yang kudua adalah alam akherat setelah manusia mati. Dan manusia akan
merasakan bahagia atau sengsara tergantung amal perbutannya di dunia.
d.
Yang
mempengaruhi keadaan manusia
Menurut
ajarannya pula bahwa manusia di pengaruhi dua kekuatan yang saling berlawanan
yaitu pengaruh roh kebaikan dan roh keburukan. Manusia diciptakan oleh
Ahuramadza yang diberikan kebebasan dalam menentukan kehendak. Sehingga manusia
bisa jahat dan bisa baik tergantung mereka mengikuti roh jahat atau roh baik.
Jika manusia mengikuti roh baik dengan menjalankan segala kebaikan maka Ahuramadza
akan memberikan pahala, sementara jika mengikuti roh jahat dengan melakukan
perbuatan yang jahat, maka ia akan mendapatkan dosa.
e. Terjadinya kiamat
e. Terjadinya kiamat
Ajaran
Zoroaster juga mempercayai akan adanya hari kiamat. Setelah dilakukan
perhitungan amal manusia masing-masing maka manusia akan melintasi jalan untuk
mencapai surga. Manusia yang memiliki amal yang banyak akan mudah melaluinya,
semetera manusia yang banyak dosanya maka ia akan terjatuh dan masuk neraka
bersama pengikut AHriman dalam siksa neraka.
f.
Tata cara
kehidupan
Dalam kehidupan
Zoroaster mengajarkan agar manusia untuk menikah, berketurunan, memelihara
utsan penghidupan, pertanian dan peternakan. Sama seperti halnya agama yang
lain.
g. Akhlak
g. Akhlak
Zoroaster
mengajarkan kepada pemeluknya untuk menolong tuhannya mengalahkan roh jahat
dengan melakukan pemurnia pikiran, perkataan dan perbuatan yang baik;
kebersiahan hati yang pemurah dan dermawan; pengasih kepada binatang terutama
hewan yang berguna; melakukan pekerjaan yang bermanfaat ; menolong kepada
sesame manusia terutama orang-orang yang membutuhkan; memberikan pendidikan dan
pengajaran yang baik.
Inti dari ajaran Zoroaster terletak pada tiga perkara yaitu “Huhata” yang berate “Pikiran yang bik”, “Hukhata” yang berarti “Perkataan yang baik”, dan “Huharsta” yang berarti “Perbuatan yang baik”.
Inti dari ajaran Zoroaster terletak pada tiga perkara yaitu “Huhata” yang berate “Pikiran yang bik”, “Hukhata” yang berarti “Perkataan yang baik”, dan “Huharsta” yang berarti “Perbuatan yang baik”.
B. Aliran Manu
Diantara ajaran
yang diajarkan oleh aliran ini diantaranya:
a. Tentang baik
dan buruk
Menurut ajaran
manu ini bahwa segala kehidupan ini adalah kebaikan, karena akhirnya Tuhanlah
yang akan menang atas roh kejahatan; oleh karenanya manusia hendaknya membantu
Tuhan mengalahkan roh jahat dengan melakukan segala kebaikan. Selain itu
menurut mereka pertempuran antara kebenaran dan kejelekan akan terus
berlangsung selama manusia terus berkembang. Oleh karena itu menurut mereka
agar semua kejahatan dan kejelekan cepat berakhir maka manusia harus
menghentikan perkembang biakanya dengan kata lain tidak menikah agar tidak
memiliki keturunan. Menurut ajaran ini pula, manusia harus menjauhi segala
kesenangan dunia. Termasuk melarang menikah, menyembelih binatang dan makan
daging.
‘Ibadat
Dalam ajarannya
pula, aliran Manu mengajarkan peribadatan yaitu sembahyang dan puasa, sebelum
sembahyang mereka mengusap anggota badan dengan air, kemudian menghadap
matahari, lalu bersujud. Dalam tiap kali sembahyang ada dua belas kali
bersujud; pada tiap sujud dilakukan doa; mereka berpuasa 7 hari dalam sebulan.
C. Madzdak
Aliran ini
ajarannya mirip dengan ajaran Majusi kuno yakni meyakini adanya dua
tuhan, yaitu tuhan baik dan tuhan keburukan. Selain itu ajaran yang paling
terpenting dari aliran ini adalah ajaran yang mirip dengan sosialisme yang
menyatakan bahwa manusia harus sama derajatnya. Yakni tidak memiliki stara
social. Dan menurut mereka penyebab utama dari kejahatan dan peperangan adalah
wanita dan harta, yang menyebabkan pengikut aliran ini membuat kekacauan di
Naishaburi. Karena mereka memaksa orang-orang hartawan untuk menyerahkan harta
mereka dan menyerahkan wanita agar tidak terjadi kekacauan atau peperangan.
D. Tsanwiyah
D. Tsanwiyah
Diantara
ajarannya selain mengakui dua tuhan, mereka juga mengajarkan untuk menyembah
api, selain mereka juga menyembah berhala.
E. Disahniyah
Dishaniyah
adalah ajaran Majusi yang lahir di luar persi. Yang didiraikan oleh bangsa
Siryani (Sirya) yang bernama Bardaishan datau ibnu
Dishan yang wafat pada tahun 222 M. ajarannya mirip dengan ajaran Manu
yang menyatukan dua ajaran yakni Nasrani dan Majusi. Hanya saja perbedaanya
adalah menurut mereka bahwa Isa Al Masih merupakan Allah yang diserupakan dalam
bentuk manusia yang diutus untuk manusia. Selain itu ajarannya juga yang
berbeda dengan yang lainnya yaitu mereka tidak mempercayai adaanya hari
akherat. Sehingga menyebabkan aliran ini yang sangat berbeda dengan yang
lainnya.
F. Zindiq
Zindiq adalah
sebuah aliran Majusi yang sangat berbeda dengan yang lainnya. Yakni agama
Majusiah yang Atheis yakni tidak percaya akan adanya Tuhan. Menurut mereka
bahwa alam raya ini terjadi dengan sendirinya, dan tidak akan berakhir, kekal
selama-lamanya, dan zaman yang beredar ini akan terus berputar tiada akan
berakhir.
Intinya, Walau
banyak yang mengatakan Zoroasterianism itu Majusi. Tapi kemungkinan
besar Zoroaster itu bagian dari Majusi, yaitu Madzhab dari agama
Majusi. Bedanya Zoroaster dengan Majusi adalah. Zoroaster itu
monoteis yaitu bertuhan satu yaitu Ahura Mazda, sedang Majusi
bertuhan dua yaitu Ahura Mazda (tuhan cahaya) dan Ahriman (tuhan
kegelapan). Zoroaster menggunakan api sebagai media penyembahan, sedang api
dalam zoroasteriansme bukan tuhannya melainkan mediannya. Namun, tidak
kecil kemungkinan jua kalau Zoroasterianisme itu disebut dengan agama Majusi
yang menyembah tuhan api. Tapi, jumhur mengatakan bahwa Zoroasterianism
adalah ajaran murni tauhid(Monoteisme). Dan Zarathrustra merupakan
seorang nabi yang mengajarkan ketauhidan.
Credo
(syahadat) di dalam agama Zarathustra itu berbunyi :
Saya mengaku
diriku penyembah Mazda, dan pengikut Zarathustra, yang membenci daevas, dan
mentaati Hukum Ahura. ( I confess myself a whorshipper of Mazda, a
follower of Zoroaster, one who hates the daevas, and who obeys the Law of
Ahura). = SBE, 31:202, 212, 247, 367.
Zoroastrianisme
mempunyai prinsip dualisme yang mempercayai bahwa ada dua kekuatan yang
bertentangan dan saling beradu yakni kekuatan kebaikan dan kejahatan. Dalam
tradisi Zoroastrianisme, yang jahat diwakili oleh Angra Mainyu atau Ahriman,
sedangkan yang baik diwakili oleh Spenta Mainyu. Manusia harus
selalu memilih akan berpihak pada kebaikan atau kejahatan selama
hidupnya. Akan tetapi, dengan paham dualisme ini tidak berarti bahwa
Zoroastrianisme tidak mengakui monoteisme karena Ahura Mazdalah satu-satunya
Tuhan yang disembah. Ahura Mazda, pada saatnya akan mengalahkan kekuatan
yang jahat dan berkuasa penuh. Ahriman dan para pengikutnya akan dimusnahkan
untuk selamanya. Meskipun ajaran Zarathustra mengajarkan monoteisme denganAhura
Mazda sebagai satu-satunya dewa yang harus disembah namun keberadaan
dewa-dewa lain pun tetap diakui. Dewa-dewa yang turut diakui keberadaanya
ada lima yaitu:
1.
Asha Vahista, dewa tata tertib dan kebenaran yang
berkuasa atas api
2.
Vohu Manah, dewa yang digambarkan sebagai sapi jantan
ini dikenal sebagai dewa hati nurani yang baik
3.
Keshatra Vairya, yaitu
dewa yang berkuasa atas segala logam
4.
Spenta Armaity, yaitu dewa
yang berkuasa atas bumi dan tanah
5.
Haurvatat dan Amertat, yaitu dewa-dewa
yang berkuasa atas air dan tumbuh-tumbuhan
Konsep
Eskatologi: Kehidupan Setelah Kematian
Dalam pemahaman
Zoroastrianisme, ajaran setelah kematian hampir mirip Islam. Setiap orang akan
mengalami penghakiman setelah meninggal. Penganut Zoroaster meyakini bahwa
ketika seseorang meninggal, ia harus dapat membuktikan dirinya telah melakukan
lebih banyak kebaikan daripada kejahatan. Mereka percaya setiap roh
manusia yang telah meninggal harus melewati Jembatan Cinvat (dalam
Islam, Jembatan Sidratul Mustaqim/Muantaha) yaitu jembatan yang menuju
ke sorga. Jiwa manusia sesudah meninggal akan tetap tinggal selama tiga
hari di dalam tubuhnya dan baru pada hari ke empat dibawa menuju penghakiman di
Jembatan Cinvat.
Setelah
berhasil melewati jembatan ini maka seseorang akan hidup bahagia dengan rahmat
Ahura Mazda. Semakin banyak kebaikan yang dibuat seseorang maka akan
semakin lebarlah jembatan itu dan sebaliknya, semakin besar kejahatannya maka
semakin sempitlah jembatan itu hingga rohnya tidak dapat melewatinya dan jatuh
dari Jembatan Cinvat. Di bawah jembatan inilah terdapat neraka
yang penuh api, sebuah tempat yang suram dan penuh kesedihan. Menurut
ajaran Zoroastrianisme, dunia akan mengalami pembaruan menuju kesempuranaan dan
jiwa-jiwa baik yang masih hidup dan sudah mati akan dibebaskan selamanya dari
kuasa jahat. Pembaruan dunia dan kebangkitan kembali seluruh ciptaan
disebut Frashokeveti.
Konsep mengenai
Etika Hidup
Dalam
pandangannya mengenai etika hidup yang ideal, ada tiga hal utama yang
ditekankan dalam Zoroastrianisme yaitu pikiran yang baik, perkataan yang baik
dan perbuatan yang baik. Zoroastrianisme memberikan kebebasan bagi setiap
penganutnya untuk memilih hidup yang baik atau jahat bagi dirinya sendiri. Menurut
mereka dunia yang akan datang akan mengalami pembaruan. Pembaruan dunia
ini tidak dapat dapat dikerjakan oleh satu orang saja tetapi membutuhkan
keterlibatan banyak orang. Oleh karena itu, Zoroastrianisme sangat
menekankan tanggung jawab moral dari masing-masing orang untuk melakukan
kebaikan. Dosa bagi penganut Zoroastrianisme adalah penolakan untuk
bersekutu dengan aspek kebaikan dari Ahura Mazda. Mereka meyakini bahwa
tidak ada yang ditakdirkan atau dikodratkan sebelumnya. Apa yang dilakukan,
dikatakan dan dipikirkan selama hidup akan menentukan apa yang akan terjadi
setelah meninggal. Mereka pun menolak konsep pertapaan karena mereka memahami
bahwa dunia itu baik. Tidak ada ruang untuk penyangkalan diri dan bertapa
karena menolak dunia berarti menolak ciptaan dan menolak ciptaan berarti
menolak Sang Pencipta.
Kematian Dalam
Zoroasterianism
Zoroastrianisme
tidak mengizinkan penguburan dan pembakaran tubuh orang yang telah meninggal
karena dianggap akan menodai air, udara, bumi dan api. Mereka
menyelenggarakan ritus kematian dengan menempatkan mayat di atas Dakhma
atau Menara Ketenangan (Tower of Silence). Di sana terdapat pembagian
tempat yang jelas bagi kaum laki-laki, perempuan dan anak-anak. Adapun
tahap-tahap yang dilakukan saat upacara kematian adalah sebagai berikut:
1.
Mayat dibiarkan di dalam sebuah ruangan di
rumah selama tiga hari sebelum dibawa ke Dakhma, tempat untuk melaksanakan
upacara kematian.
2.
Sesudah itu, mayat lalu dibawa ke Dakhma atau
Menara Ketenangan.
3.
Di sana mayat akan ditelanjangi dan ditidurkan
di atas menara yang terbuka dan dibiarkan agar dimakan oleh burung-burung.
4.
Sisa-sisa tulang kemudian dibuang ke dalam
sumur.