- Back to Home »
- Responding Paper »
- Responding Paper Romawi Kuno
Posted by : Unknown
Senin, 10 Juni 2013
Dalam beberapa hal, agama
Romawi sangat mirip dengan agama Yunani, namun dalam hal lain, keduanya juga
cukup berbeda. Seperti orang Yunani, bangsa Romawi juga mempercayai banyak
dewa, dan masing-masing dewa mengendalikan berbagai unsur dunia dan kehidupan,
misalnya badai, samudra, pernikahan, pandai besi, dll. Namun bangsa Romawi
lebih tertarik pada konsep kontrak, dibandingkan bangsa Yunani yang lebih
menyukai konsep keseimbangan. Salah satu konsep agama Romawi adalah "do ut
des" (aku beri maka kau akan balas memberi). Orang-orang memberi
persembahan pada para dewa sehingga para dewa akan memberi mereka pertolongan
sebagai balasannya.
Dewa utama Romawi adalah
Jupiter. Namanya berkaitan dengan dewa utama Yunani, Zeus, dan mereka pun
banyak memiliki kemiripan. Keduanya sama-sama dewa langit dan memiliki senjata
berupa petir. Semntara itu, dewi Romawi Juno dan Minerva berkaitan dengan dewi
Yunani Hera dan Athena.
Setelah ditaklukan oleh
Romawi, bangsa Afrika (termasuk Mesir), Eropa, dan Asia Barat (termasuk Yahudi)
tetap menyembah tuhan masing-masing sambil mengadopsi pemujaan dewa Romawi.
Para pemimpin Romawi tidak keberatan dengan orang-orang yang menyembah banyak
dewa, berapapun banyaknya. Namun mereka tidak suka jika orang Yahudi dan
Nasrani menolak untuk menyembah dewa Romawi.
Pada awalnya, dewa Romawi
dan dewa Yunani sangat berbeda walaupun sedikit berkaitan. Namun setelah bangsa
Romawi mengenal agama Etruria dan Yunani, bangsa Romawi sangat mengagumi
dewa-dewa mereka, dan bangsa Romawi pun mulai mengadopsi banyak dewa Yunani
sambil tetap menyembah dewa Romawi, contoh dewa Yunani yang banyak disembah
oleh Romawi adalah Kastor dan Pollux. Selain itu, bangsa Romawi juga menyerap
dewi Isis dai Mesir dan dewa Mithra dari Suriah.
Bagi orang Romawi, kaisar
mereka adalah dewa, atau orang yang dekat dengan dewa. Di bagian timur
Kekaisaran Romawi, orang-orang memuja kaisar sebagai dewa, sementara di bagian
barat kekaisaran, orang-orang lebih memuja dewa pelindung sang kaisar,
alih-alih kaisar itu sendiri.
Tidak dapat dipastikan dengan pasti kapan
suku-suku Italic Indo-Eropah membuat perjalanan ke Italia. Sementara ahli
menghubungkannya dengan yang disebut kebudayaanTeramara, yang terletak
di sebelah utara Italia. Rupa-rupanya saja yang menjadi asal pusat penyebarannya
itu terletak di sebelah timur hulu sungai Donau. Dan munculnya kebudayaan ini
di Italia itu lebih kurang bersamaan waktunya dengan awal permulaan zaman
perunggu, kira-kira tahun 1500 SM. Sedangkan sementara ahli lainnya ingin
menghubungkan suku Italic ini dengan imigrasi yang kira-kira sezaman dengan
permulaan zaman besi, kira-kira tahun 500 SM.
Secara kasar
bersamaan waktunya dengan kedatangan kebudayaan Etruscan di
bagian tengah jazirah ini. Sedangkan di bagian selatan Yunani pada abad VIII SM
penghuninya sudah bertambah. Keadaan demikian menjadikan daerah ini mengalami
proses kebudayaan yang dinamis, termasuk dalam hal kepercayaan atau agama.
Agama Romawi Kuno merupakan salah satu dari
sistem kepercayaan masyarakat dari suku-suku Italic tersebut. Agama ini diduga
pernah ada dengan bukti-bukti arkeologis, inskripsi, dan dokumen-dokumen sastra
yang memberi petunjuk tentang pernah adanya agama tersebut.
Berikut daftar sementara
perkembangan mengenai data keagamaan Romawi Kuno:
1. Republik yang
mula-mula tahun 509 – 387 SM. Periode ini berakhnir
sewaktu bangsa Ghalia menyerang dan menghancurkan Roma.
2. Kekuasaan
besar orang Italic kira-kira dari tahun 390 – 270 SM. Pada waktu kekuasaan
Romawi meluas di seluruh jazirah Appenin berakhir sampai jatuhnya koloni-koloni
Yunani di selatan pada tahun 272 SM.
3. Kekuasaan besar Hellenistik kira-kira antara tahun 270 – 27 SM. Pada saati
Romawi bangkit menjadi suatu kekuatan dunia. Dalam periode ini terjadi perang
Punic, yaitu perang melawan Kartagho di Afrika Utara antara tahun 264 – 241 SM,
218 – 201 SM, 149 – 145 SM. Perang Macedonia antara tahun 216 – 205 SM, 200
– 197 SM, 171 – 168 SM, penaklukan bangsa Ghalia oleh Caesar tahun 58 – 50 SM.
Periode ini berakhir sewaktu timbul ketegangan di dalam kerajaan itu sendiri
pada waktu itu Augustus berhasil memegang sebagai Emperor.
4. Abad Imperium yang
berlangsung antara 27 SM – 395 M. Selama periode ini kekaisaran membentang
antara Romawi Barat dan Romawi Timur.
Yang menarik perhatian di antara dewa-dewa
Romawi Kuno itu adalah sekelompok tiga dewa yang menjadi satu, dimana untuk ini
terdapat tiga orang pendeta agung yang disebut Flamines Majores yang mengenai
Yupietr, Mars, dan Quirinus. Ketika dewa tersebut biasa disebut sekaligus
bersama-sama. Bilaman menyeru ketiganya itu berarti semuanya secara satu
persatu diseru tanpa membeda-bedakan.
Jupiter adalah dewa langit orang-orang Arya
dengan ciri langit yang melengkung sebagai tanda kemuliannya. Seperti halnya
Zeus, Jupiter juga tinggal di puncak gunung dan menguasai gejala-gejala alam
angkasa, seperti hujan dan kilat.
Mars adalah dewa perang yang bersimbolkan
sebuah lembing dan kebanyakan perayaan pestanya dilakukan pada hari kelima atau
hari ketujuh yang disebut Nones. Mars itu bersifat gagah perkasa, suka
berperang, digambarkan sedang menari dengan dua belas perisai, salah satu
perisai berasal jatuh dari langit. Mars itu bukan hanya melindungi negara
terhadap musuh, tetapi juga memelihara ladang dari kerusakan dan memelihara
ternak dari kebinasaan serta mengirimkan kekuatan dan kesehatan.
Quirinus adalah Mars yang
suka damai, Mars yang mengetahu masalah damai. Pendetanya yang khusus adalah
Flamen quirinalis yang memiliki fungsi dalam pemujaan yang berkenaan dengan
pertanian beserta para dewanya. Nama Quirinus itu menunjukkan bahwa dirinya
sebagai dewa rakyat, atau dewa daripada orang-orang anggota masyarakat biasa
(orang praman).
Segala macam kebaktian di
kalangan orang Romawi Kuno itu didasarkan pada suatu ide umum, yaitu bahwa
antara manusia dan dewa terdapat suatu ikatan kontrak yang dijalani bersama,
yang secara dikatakan do ut des yang termasuk honorific
sacrifice, dimana terhadap dewa dipersembahkan korban sebagai tanda
terima kasih atau maksud-maksud yang lain. Tetapi yang agak lebih tepat di sini
menggunakan ungkapan debitas honores.Keharusan bagi dewa wajib
menerima dan manusia berkewajiban mempersembahkannya.
Doa-doa disesuaikan macam
formulanya dan hukumnya. Mereka harus mensitirnya sesuai dengan kata yang sudah
ditentukan. Berdoa harus jelas serta tentu dan menyebut nama dewa harus dengan
tepat.
Kesalehan dalam agama
Romawi Kuno adalah suatu perasaan bahagia bergantung kepada suatu kekuatan yang
lebih tinggi serta berhasrat untuk menepati keinginan itu di dalam segala
bidang kehidupan manusiawi. Untuk ini ucapan-ucapan khas seperti dis
juvantibusdengan pertolongan dewa, dis faventibus atas
karunia dewa, serta dis valentibus atas kehendak dewa. Di
kalangan orang Romawi kesalehan termasuk unsur kewajiban yang kuat.
Perkataan pietas seringkali artinya semata-mata karena
keinginan menyerahkan segalanya kepada para dewa dan aspek moral dalam agama
moral yang disebut virtus memiliki karakter seperti hukum
kesalehan ini.
Orang-orang Romawi Kuno mempercayai adanya
jiwa. Roh itu berasal dari
Jupiter dan sesudah mati akan kembali kepadanya. Jiwa disebut di manes “para
dewa yang baik”. Mereka itu bisa juga sebagai pelindung kebajikan atau
mendatangkan keonaran orang mati yang belum dikubur dengan sempurna sebagaimana
mestinya ataupun menerima korban yang cocok bisa saja mereka itu melakukan
sesuatu yang merugikan bagi makhluk hidup. Hantu-hantu seperti itu
disbeut larvae atau lemures yang bisa
didamaikan kembali melalui upacara-upacara khas dan persembahan korban.